ASAL NAMA “KEMAYORAN” SEBAGAI NAMA SALAH SATU WILAYAH KECAMATAN DI JAKARTA PUSAT
OLEH: RAHMATO ISMAIL
Nama kemayoran diambil karena banyaknya sang mayor yang
tinggal di kawasan ini. "Sebelum dibangun lapangan terbang daerah ini
belum punya nama," kata salah satu sesepuh Kemayoran Haji Abdul Rasid, (76
tahun).
"Hanya nama lokal saja seperti Kampung Utan, karena
memang wilayah di sini dulunya hutan," sambungnya.
Namun, setelah dibangun bandara oleh Belanda tahun 1929,
dibuatlah camp-camp (asrama) di Jalan Garuda untuk para tentara Belanda. Di
situlah ditempatkan tentara berpangkat mayor-mayor.
Ketika itu banyak orang pribumi dari luar misalnya Senen dan
Kampung Melayu yang bekerja di sana. "Saat ditanyakan mau kemana. Mereka
bilang mau ke rumah mayor, biar lebih enak dan singkat bilangnya
Kemayoran," ungkapnya.
Dari situlah nama Kemayoran menjadi populer. "Sejak itu
kawasan bandara itu dinamakan Kemayoran," ujar pria kelahiran 1933 itu.
Namun ada cerita lain soal sejarah Kemayoran. Nama kawasan
biasa disebut Mayoran, seperti yang tercantum dalam Plakaatboek (Van der Chijs
XIV:536), dan sebuah iklan pada Java Government Gazette 24 Februari 1816.
Kisah ini dimulai dengan keberadaan Isaac de Saint Martin.
Pemilik tanah ini memiliki tanah yang sangat luas dan tersebar di beberapa
tempat, antara lain di Bekasi, di Cinere (dahulu disebut Ci Kanyere) sebelah
timur Sungai Krukut di Tegalangus dan di kawasan Ancol. Luas lahannya ribuan
hektar.
Nama aslinya, adalah Isaac de I’ Ostale de Saint Martin,
lahir tahun 1629 di Oleron, Bearn, Prancis.
Karena sesuatu sebab ia meninggalkan tanah airnya, dan membaktikan
dirinya kepada VOC.
Pada tahun 1662 ia tercatat sudah berpangkat Letnan, ikut
serta dalam peperangan di Cochin. Dengan
pangkat mayor ia terlibat dalam peperangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
ketika VOC membantu Mataram menghadapi Pangeran Trunojoyo.
Pada Maret 1682 dia bersama Kapten Tack, ditugaskan untuk
membantu Sultan Haji menghadapi ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa.
Saat perang berlangsung, dia mulai merasa benci kepada
Kapten Jonker, yang dianggapnya arogan.
Setelah perang itu selesai, dengan berbagai cara ia berusaha
agar Jonker dikucilkan. Dan ternyata
usahanya berhasil. Karena merasa dikucilkan, Jonker akhirnya bangkit melawan
VOC walupun gagal.
Bandara Kemayoran diresmikan sebagai lapangan terbang
internasional pada tanggal 8 Juli 1940 dan dikelola oleh KNILM (Koninklijke
Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappy) yang sekaligus menjadi kepanjangan
tangan dari Maskapai KLM Belanda.
Proyek pembangunannya telah dimulai sejak enam tahun yang
lalu oleh pemerintah Hindia Belanda.
"Tahun 1935 saya kena gusur, dulunya saya tinggal di
dekat lapangan terbang atau terminal lama (tempat keberangkatan penumpang)
Kemayoran," kata kakek yang memiliki 19 cucu itu.
Sejak itulah dirinya bersama ayahnya harus pindah di daerah
Utan Panjang hingga sekarang. Kemayoran adalah bandara komersil pertama yang
dimiliki Indonesia.
Meskipun hanya pesawat Dakota (jenis pesawat kecil dengan
daya angkut 60 orang) yang biasa mendarat di fasilitas ini. "Kebanyakan
orang Belanda atau bangsawan yang bisa berpergian menggunakan pesawat saat
itu," paparnya.
Dia menjelaskan, tanggal 31 Maret 1985 ditetapkan sebagai
tanggal berhenti beroperasinya Bandara Kemayoran. Kemayoran ditutup karena
sudah dianggap tidak layak lagi sebagai bandar udara mengingat letaknya agak di
tengah kota dan demi pembangunan wilayah Jakarta Utara.
Setelah ditutup, suasana masih tetap seperti sedia kala
walau tanpa operasi dan aktivitas penerbangan.
Setelah resmi ditutup, area bandara Kemayoran seluas 454
hektar diambilalih oleh pemerintah dari Perum Angkasa Pura I, sebagai aset
negara berdasarkan Perpu Nomor 31 tahun 1985.
Eks bandara Kemayoran dengan letaknya yang stategis menjadi
rebutan bagi pengusaha properti dan kontraktor.
Sekarang ini di kawasan Kota Baru Kemayoran telah berdiri
Mega Glodok Kemayoran, RS Mitra Kemayoran, Masjid Akbar Kemayoran, dan deretan
apartemen seperti The View, Pallazo, Mediterania Kemayoran, dan Puri Kemayoran
Dll.
Selain itu, perhelatan akbar juga digelar di sini seperti
Pekan Raya Jakarta yang dibuka tiap tahun pada ulang tahun Jakarta selama
sebulan.
Saat ini Abdul Rasid hanya bisa bernostalgia jika melihat
menara pengawas dan terminal keberangkatan yang sampai saat ini masih berdiri
kokoh di tengah-tengah himpitan gedung-gedung perkantoran dan perbelanjaan.
"Memang jejak sang Mayor hanya bisa diingat dengan
adanya 2 bangunan itu," tutupnya.
Penulis adalah Wartawan freelance
e-mail: rahmato.ismail@gmail.com/ramais_okes@yahoo.com
--------*--------